Dulu, masih ada permainan - permainan tradisional seperti congkak alias dakon, kelereng, gobak, petak umpet, boy - boyan, egrang, ular naga, bahkan masih banyak lagi jenis permainan tradisional jika mau disebutkan satu persatu.
Di era tahun 80-an dan 90-an masih sering dijumpai anak - anak memainkannya, permainan yang jauh dari kata modern, tetapi kini sudah terpinggirkan bahkan tak dikenal lagi karena terkikis oleh arus modernisasi. Sangat miris ketika era millennium seperti sekarang banyak anak - anak yang sudah tidak mengenal permainan - permainan tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah sudah tidak ada lahan lagi untuk memainkannya yang dikarenakan laju pertumbuhan penduduk yang semakin padat. Apalagi di kota - kota besar yang sangat padat pemukimannya sehingga tanah lapang pun sudah sangat jarang untuk dijumpai.
Inilah sebagian permainan-permainan tradisional yang sudah mulai "terpinggirkan".
Congkak atau Dakon
Dimainkan oleh 2 orang yang berlawan dengan menggunakan papan dakon yang terdapat 16 lumbung, dimana 14 lumbung kecil dan 2 lumbung besar. Di dalam setiap lumbung ini awalnya diisi oleh 7 buah congkak atau kecik atau batu atau kerang. Dan lumbung besar digunakan sebagai tempat menyimpan buah - buah yang jadi miliknya. Permainan ini dimainkan sampai kecik habis dan dihitung kecik yang berada di lumbung besar milik setiap pemain.
Boy - boyan
Permainan ini dimainkan dengan tumpukan pecahan genting yang disusun rapi dan bola kasti. Pemain yang melempar berurutan secara bergantian, bagi pemain yang tidak bisa menjatuhkan tumpukan kreweng menjadi pemain yang jaga. Apabila tumpukan genting hancur, maka pemain jaga bertugas untuk mengejar dan melempar bola sampai mengenai pemain lain, sedangkan pemain yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan batu kreweng. Jika berhasil tersusun, maka permainan dihentikan dan mulai dari awal.
Ucing Sumput atau Petak Umpet
Permainan ini biasa dimainkan oleh banyak orang. Aturan permainan ini pun sangat mudah, ada satu penjaga pos dan bertugas mencari pemain lain yg sembunyi saat penjaga melakukan hitungan di awal dengan mata ditutup. Bagi pemain yg disebut namanya pertama, harus diselamatkan oleh teman yang lain, kalau tidak pemain itu yang akan bergantian jaga.
Egrang
Egrang adalah sebuah permainan tradisional yang terbuat dari batang bambu sepanjang kurang lebih 2,5 meter. Dibagian bawah bambu, sekitar 50 sentimeter dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20 cm. Pemain berdiri ditempat berpijak tersebut dan harus mampu menjaga keseimbangan dengan hanya menumpu pada lebar batang bambu. Permainan egrang membutuhkan kesimbangan. Cara bermainnya, seseorang berjalan dengan menggunakan pijakan bambu. Ketinggian pijakan itu sekitar 50 sentimeter. Saat berjalan, orang tersebut tampak bergoyang-goyang ketika melangkahkan kakinya, yang dibantu kedua tangannya mengayunkan batang bambu yang dipegang.
Permainan Panggal
Permainan panggal adalah sebuah permainan rakyat yang digemari oleh anak-anak hampir di setiap daerah, tidak terkecuali di daerah Pangandaran. permainan ini dilakukan diwaktu senggang saat waktu bermain. panggal/ gangsing adalah sebuah alat permainan yang terbuat dari kayu berbentuk bulat lonjong (lancip/berujung) pada permukaan yang lancip dipasang sebuah paku berukuran kurang lebih 1 cm. didalam permainan panggal yang biasa dimainkan oleh anak-anak ada permainan yang disebut kutikan.
Pecle
Pecle adalah salah satu permainan yang biasa dimainkan oleh perempuan. Biasanya permainan ini menggunakan media tanah yang diberi garis kotak-kotak, sebelah kanan lima kotak, dan sebelah kiri lima kotak. Dan alat yang lain yang digunakan adalah genteng yang dibentuk segi empat untuk menjalankan permainan itu.
Gatrik
Gatrik adalah permaian yang menggunakan bambu yang dipotong kecil, kemudian disimpan ditanah dan di pukul dengan bambu yang lain.
Ular Naga
Permainan ini dimainkan oleh lebih dari 2 orang, dimana 2 orang menjadi gerbang ular naga, dan pemain yang lain menjadi ular naga sambil berurutan seperti ular. Sambil menyanyikan lagu dengan lirik Ular naga panjangnya bukan kepalang,Menjalar-jalar selalu kian kemari, Umpan yang lezat, itu yang dicari, Kini dianya yang terbelakang. Ketika lirik habis, ada salah satu pemain yang ditangkap. Setelah itu, si "induk" -dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang ditangkap. Seringkali perbantahan ini berlangsung seru dan lucu, sehingga anak-anak ini saling tertawa. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang". Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Ular Naga kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Perbantahan lagi. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak dan permainan selesai.
Mengenang masa - masa indah dan bahagia yang patut kita syukuri karena kita pernah merasakan semua permainan ini. Permainan yang bukan hanya dijadikan hiburan semata, namun dibalik semua itu ada nilai - nilai sosial yang tersirat di dalamnya.
Tulisan kiriman Ujang Rusli Suherli, Warga Sindangkerta Padaherang Pangandaran.