Sore ini saya berbelanja disebuah minimarket di sebuah daerah di Bandung Barat, tenyata telinga ini begitu sensitif ketika mendengar orang berbicara Pangandaran. Saya berhenti sejenak mendengarkan pembicaraannya, ternyata mereka sedang membicarakan salah satu makanan khas Pangandaran, kedua ibu-ibu tadi menyebutknya
’Soto Pangandaran" ...hemm..saya bertanya emang bener ini khas Pangandaran sehingga ibu-ibu itu menyebutnya Soto Pangandaran.
Sejauh pengalaman memang saya belum pernah menemukan soto sejenis itu ditempat lain selain di Pangandaran, kalau didaerah Bandung lebih didominasi oleh soto lamongan ataupun soto lainnya yang biasanya disajikan oleh pedagang-pedagang pecel lele. Perbedaan yang mencolok adalah tentunya dirasa dan bahan pendukungnya. yang paling ketara adalah penggunaan santan yang tidak bisa ditemukan di Soto Pangandaran.
Kerupuk merah menjadi warna khas Soto Pangandaran, ini juga yang membedakan dengan soto-soto lainnya yang biasanya diberi emping. Bahan lain yang melengkapi Soto Pangandaran adalah Daging ayam yang dibuat tipis-tipis, umumnya menggunakan daging ayam kampung, selain itu bihun akan mendominasi seluruh bahan soto, kacang tanah, bawah goreng, seledri ikut melengkapi sajian khas ini. Bahan-bahan ini kemudian disiram dengan air bumbu yang segar, sepertinya ada campuran tomatnya juga sehingga terasa kecut-kecut tomat. Soto Pangandaran akan tambah segar bila ditambah dengan sambal cabe. Penyajiannya kadang ada yang dibarengi dengan nasi yang dipisah ataupun disatukan.
Soto Pangandaran bisa ditemukan di banyak tempat di Pangandaran seperti di Pasar saat pagi hari ataupun jika anda berwisata ke Pangandaran anda akan menemukan penjual soto ayam, rasanya anda wajib mencobanya. Selain dijajakan di penjual kuliner, makanan khas ini adalah sajian khas juga saat resepsi pernikahan, biasanya orang Pangandaran akan menyebut dengan istilah Sotoan atau resepsinya menyajikan hidangan soto.
Sayangnya, Soto Pangandaran tidak setenar soto lamongan, Soto Bandung, Soto Kudus dan soto-soto lainnya yang bisa ditemukan di banyak tempat, mungkin karena jarangnya orang Pangandaran yang berjualan di luar daerah Pangandaran, selain itu faktor promosi juga masih jadi kendala sehingga makanan khas ini hanya masih menjadi raja di tempatnya sendiri, Pangandaran.