Tempe Pangandaran dibuat kecil-kecil sebesar telapak tangan orang dewasa. Satu-satu dibungkus daun pisang dan diikat tali yang terbuat dari pohon Walini sejenis tumbuhan alang-alang.
Bagi siapa saja yang pernah mencobanya akan bisa membedakan cita rasa tempe ini, rasanya yang khas, lebih gurih dibanding tempe yang biasa ditemui selama ini di pasar-pasar. Produksinya pun tidak bisa banyak karena proses pembungkusannya yang sedikit memakan waktu. Rata-rata per orang hanya bisa memproduksi 100-150 bungkus per hari. Dan kebanyakan tempe ini dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga setelah selesai mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
Seperti yang dikerjakan Ibu Sangidah yang tinggal di Dusun Kedungrejo/Alasmalang Desa Wonoharjo "Biasanya setelah selesai dengan pekerjaan rumah sehari-hari atau setelah selesai dengan pekerjaan rumah sehari-hari, atau setelah pulang dari kebun atau dari sawah, baru saya buat tempe.
Anda penasaran untuk mencoba? Hampir di seluruh dusun terutama di Desa Pananjung, Desa Wonoharjo dan Desa Sidomulyo anda dapat menemui produksi tempe khas Pangandaran ini dan harganya pun relatif sangat murah! Tapi tidak murahan.
*) Wartawan Senior Pangandaran